Alhamdulillah akhirnya
moment itu datang juga. Setelah empat tahun lebih kami berjuang untuk
tetap menjaga perasaan ini tetap sama seperti awal kami bertemu, hingga kami
memutuskan untuk hidup bersama hingga umur memisahkan nanti. Dia, ketika kami
masih berpacaranpun sering mengatakan bahwa hubungan ini harus terjaga, harus
ada akhir yang baik. Dari awal kami berpacaran, hingga harus terpisah
jarak…bersyukur sekali kami bisa menghindari berbagai cobaan dalam hubungan
kami.
27 Oktober
2012 menjadi tonggak bersejarah kami karena kami telah melewati satu tahap
menuju pernikahan. Keluarganya datang, bersilaturahmi dengan keluargaku. Semua
orang tahu kalau ini adalah acara lamaran, dan ya memang keluarganya memintaku
untuk menjadi bagian dari keluarganya juga.
Acara lamaran berlansung haru dan singkat. Dia memberiku sebuah tanda,
sebuah lambang untuk mengingatkan bahwa aku sudah menjadi calonnya.
Acara
lamaran itu tidak pernah aku duga akan secepat itu, keluarganya hanya 1 jam di
rumah kami. Tapi aku tahu mereka adalah orang-orang sibuk, jadi tidak banyak
waktu untuk berlama-lama. Bahkan aku lupa untuk mendokumentasikan moment ini,
sehingga tidak banyak foto-foto kenangan dari acara lamaranku kemarin. Toh yang
terpenting bukan fotonya bukan? Yang penting adalah prosesnya dan hasilnya.
Aku terima
dengan ikhlas dan haru lamarannya, akan kujaga perasaan ini hingga acara
pernikahan tiba, ..tapi bukan, bukan hanya hingga acara pernikahan tiba tapi
hingga maut memisahkan kami. He’s the right man for me, aku ingin menghabiskan
sisa hidupku untuk berbakti sebagai seorang istri untuknya.